.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....WELCOM.....

Senin, 07 Mei 2012

ANALISIS PERTUKARAN DI DALAM KELAS


A.     DATA

Hari                      : Selasa
Tanggal                : 27 Juli 2010
Guru                     : Khoiril Anwar
Siswa                    : Siswa Kelas III MI Mambaul Ulum
                   
Percakapan Murid dan Guru pada tahun pelajaran baru 2010-2011 di kelas III MI mambaul Ulum Gapura Barat Gapura Sumenep. 

Guru                                : “Assalamu’alaikum”
Murid-murid                  : “Wa’alaikum salam”
Guru                                : ”Apa kabar hari ini? ”
Murid-murid                  : ”baik-baik saja, pak!”
Guru                                : “Sekarang kalian sudah duduk di kelas berapa?”
Murid-murid                  : “kelas Tiga, pak!”
Guru                                : “berarti semuanya serba baru ya?”
Murid-murid                  : “ya…pak!”
Guru                                : ”sudah saling kenal belum...?”
Murid-murid                  : ”sudah......”
Guru                                : ”Sudah kenal nama bapak belum..?”
Murid-murid                  : ”belum  pak....”
Guru                                : ”nama bapak adalah Bapak Khoiril, baiklah sekarang sebelum belajar kita harus baca ?”
Murid-murid                  : “do’a…”
Guru                                : “Siapa yang sudah hafal doa sebelum belajar?”
Murid-Murid                  : “saya pak..” (salah satu murid di kelas)
Guru                                : “baiklah, siapa nama kamu?”
Murid-murid                  : ”Sinta...”
Guru                                : ”sekarang kita membaca doa bersama dan Sinta yang memimpin doa di depan”
Murid-murid                  :  ”Bismillahirrahmanirrahiem… Rabbi zidni ‘ilma warzuqni fahma Rabbi srohli shaddri wayassirli amri wahlul’uqdatam millisani yafqahu qauli Asyhadualla Ilaha Illallah Wasyhaduanna Muhammadarrasulullah amien ya   Rabbal ‘alamien ”
Guru                                : ”Alhamdullillah… anak-anak sekarag kita sudah selesai membaca doa sebelum belajar, nah...selanjutnya kita mulai pelajaran. Pelejaran apa sekarang?”
Murid-murid                  : Bahasa Indonesia, Pak!”
Guru                                : pinter semuaa…. ayo sekarang siapkan buku tulis dan alat tulisnya ....?
Murid-murid                  : ”baik pak...” (semua sibuk mengeluarkan buku dan alat tulis dari tasnya masing-masing)
  
B.     ANALISIS
1.      Terdapat Lima (5) Tranksaksi
a.      Transaksi I
Dari kalimat 1 s.d kalimat  4
Topik Keadaan   : menanyakan tentang keadaan didalam kelas

b.      Transaksi II
Dari kalimat 5 s.d kalimat 8
Topik Keadaan   : menayakan tentang tingkatan kelas

c.       Transaksi III
   Dari Kalimat 9 s.d kalimat 13
Topik Keadaan   :  Perkenalan

d.     Transaksi IV
Dari kalimat 13 s/d kalimat 20
Topik Keadaan   : Mengajak untuk doa bersama sebelum pelajaran dimulai
e.      Transaksi V
Dari kalimat 21 s.d  kalimat 24
Topik Keadaan  : Memulai pelajaran Bahasa Indonesia

2.      Terdapat Dua Belas (12) Pertukaran
a.      Pertukaran I
Kalimat 1 s.d Kalimat 2
b.      Pertukaran II
kalimat 3 s.d Kalimat 4
c.       Pertukaran III
kalimat 5 s.d  Kalimat 6
d.     Pertukaran IV
kalimat 7 s.d  Kalimat 8
e.      pertukaran V
kalimat 9 s.d  Kalimat 10
f.        Pertukaran VI
kalimat 11 s.d Kalimat 12
g.      Pertukaran VII
kalimat 13 s.d Kalimat 14
h.      Pertukaran VIII
kalimat 15 s.d Kalimat 16
i.        Pertukaran IX
kalimat 17 s.d Kalimat 18
j.        Pertukaran X
kalimat 19 s.d Kalimat 20
k.      Pertukaran XI
kalimat 21 s.d Kalimat 22
l.        Pertukaran XII
kalimat 23 s.d Kalimat 24

3.      Bentuk Gerakan dan Tindakan
Ø  Kalimat 1
Gerakan               : Pembuka
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 2
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 3
Gerakan               : Pembuka
Tindakan             : Pertanyaan


Ø  Kalimat 4
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 5
Gerakan               : Pembuka
Tindakan             : Pertanyaan

Ø  Kalimat 6
Gerakan               : Respon        
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 7
Gerakan               : Pembuka
Tindakan             : Pertanyaan

Ø  Kalimat 8
Gerakan               : Penguat
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 9
Gerakan               : Pembuka
Tindakan             : Pertanyaan

Ø  Kalimat 10
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 11
Gerakan               : Pembuka
Tindakan             : Pertanyaan
Ø  Kalimat 12
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 13
Gerakan               : Pelanjutan
Tindakan             : Pernyataan dan Pertanyaan

Ø  Kalimat 14
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 15
Gerakan               : Pembuka
Tindakan             : Pertanyaan

Ø  Kalimat 16
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 17
Gerakan               : Pelanjutan
Tindakan             : Pernyataan dan Pertanyaan

Ø  Kalimat 18
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 19
Gerakan               : Pelanjutan
Tindakan             : Perintah
Ø  Kalimat 20
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 21
Gerakan               : Pelanjutan dan Pembuka
Tindakan             : Penguat dan Pertanyaan

Ø  Kalimat 22
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Ø  Kalimat 23
Gerakan               : Pelnjutan
Tindakan             : Perintah

Ø  Kalimat 24
Gerakan               : Respon
Tindakan             : Pernyataan

Minggu, 06 Mei 2012

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PEMBERIAN PENGHARGAAN


Di dalam tatatanan kehidupan masyarakat, sosial dan juga peranan PGRI dalam memberikan pembinaan terhadap kemajuan pendidikan, dan di dalam menjadikan perubahan-perubahan setiap guru bagaimana menjadikan pendidikan lebih memahami terhadap kelangsungan anak didiknya sehingga harapan setiap anak didik bisa di jadikan pembelajaran hidup mereka di dalam mengembangka psikologis dan keinginan mereka dalam perkembangan intelektuaitas setiap anak didik, di karnakan  di berbagai kehidupan baik masyarakat bangsa dan negara penuh dengan berbagai problematika kehidupan yang akan di hadapkan terhadap emosional anak didik, sehingga bagaimana guru mampu memberikan pemahaman dalam menghadapi permasalahan dan kehidupan anak didik lebih terarah dan menjadi lebih baik.
Dengan berbagai macam tantangan dalam dunia pendidikan yang menempatkan guru pada titik tekannya, maka profesionalitas seorang guru merupakan pemangku utama dalam kemajuan dunia pendidikan kita.namun apabila pada zaman serba canggih ini,seorang guru belum memiliki keprofesionalitasan maka hal ini akan berdampak pada peserta didik yang pada akhirnya juga akan berdampak terhadap Negara karena telah melahirkan kader-kader yang tidak siap menghadapi dunia global ini.
Oleh karena itu tanggung jawab PGRI sebagi organisasi profesi adalah ikut serta secara aktif dan kontributif dalam melaksanakan tugas professional guru sebagai anggota terdepan PGRI yang dapat memahami hak-haknya sebagimana yang di amanatkan undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,prinsip profesionalitas guru adalah memiliki bakat, minat,panggilan jiwa, dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang penididikan sesuai dengan bidang tugasnya,serta memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya.
Guru mengembangkan misi kesejahteraan PGRI dalam meningkatkan mutu pendidikan persekolahan perlu di realisasikan. Karena dengan guru mengembangkan misi tersebut sangatlah tepat. Seorang guru akan di perjuangkan kesejahteraannya oleh PGRI sehingga guru tersebut bisa termotivasi dalam menjalankan tugasnya sebagai elemen pendidik dan penggeblengan anak-anak bangsa dalam meningkatkan daya pemikirannya sehingga menjadi generasi yang bisa di andalkan oleh bangsa dan Negara. Dan bisa bersaing di kanca internasional seperti halnya olimpiade sains.
Tujuan profesi, subsidi tunjangan profesional, dan tunjangan khusus bagi guru yang bukan pegawai negeri sipil diberikan sesuai dengan keseteraan tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang berlaku bagi guru pegawai negeri sipil. Ketentuan lebih kanjut mengenai kesejahteraan diatur oleh menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menangani urusan pemerintahan dan bidang pendayagunaan aparatur negara.

DAFTAR PUSTAKA

Musaheri. 2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press

Purwanto, Ngalim. 1984. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara

Sid, Indra. 2002. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina

Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN


PGRI sebagai organisasi profesi bertugas membina serta mengembengkan sikap,prilaku,dan keahlian agar para guru anggota PGRI khususnya mampu melakukan tugasnya dengan baik,bertanggung jawab,dan dapat diandalkan oleh pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat sehinggat membuat keberadaan organisasi PGRI tidak dapat diragukan lagi untuk membermutukam pendidikan.
Dengan pemanfaatan sumber daya dan sumber dana guru secara efektif di mungkinkan berbagai potensi yang dimiliki guru dapat di daya gunakan secara maksimal untuk peningkatatan profesionalisme guru secara merata dan sumber dana guru juga dapat di optimalkan penggunaanya dalam meningkatkan profesi guru sebagai tanggung jawab pokok sebagai petugas profesi pendidikan.
Melalui wadah profesi seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), juga sangat penting didalam meningkatkan profesionalisme guru.Berbagai masalah guru, berbagai alternatif masalah akan lebih baik dan solusi penetapan masalah akan lebih berbobot.
Guru bermutu dan bertanggung jawab sebagai anggota inti organisasi profesi PGRI merupakan pilar utama untuk mencapai keberhasilan pendidikan yang pada gilirannya hasil didikannya akan menjadi tulang punggung pembangunan.Oleh karna itu,kebtuhan tekad,jiwa dan semangat kejuangan , kesetiakawanan sosial organisasi, peningkatan mutu dan kemampuan professional, serta tanggunjawab seluruh guru sebagai petuagas prifesi kependidikan, harus terus dibina, dimantapkan dan ditingkatkan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Dengan berbagai macam tantangan dalam dunia pendidikan yang menempatkan guru pada titik tekannya, maka profesionalitas seorang guru merupakan pemangku utama dalam kemajuan dunia pendidikan kita.namun apabila pada zaman serba canggih ini,seorang guru belum memiliki keprofesionalitasan maka hal ini akan berdampak pada peserta didik yang pada akhirnya juga akan berdampak terhadap Negara karena telah melahirkan kader-kader yang tidak siap menghadapi dunia global ini.
Oleh karena itu tanggung jawab PGRI sebagi organisasi profesi adalah ikut serta secara aktif dan kontributif dalam melaksanakan tugas professional guru sebagai anggota terdepan PGRI yang dapat memahami hak-haknya sebagimana yang di amanatkan undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,prinsip profesionalitas guru adalah memiliki bakat, minat,panggilan jiwa, dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang penididikan sesuai dengan bidang tugasnya,serta memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya.
Guru mengembangkan misi kesejahteraan PGRI dalam meningkatkan mutu pendidikan persekolahan perlu di realisasikan. Karena dengan guru mengembangkan misi tersebut sangatlah tepat. Seorang guru akan di perjuangkan kesejahteraannya oleh PGRI sehingga guru tersebut bisa termotivasi dalam menjalankan tugasnya sebagai elemen pendidik dan penggeblengan anak-anak bangsa dalam meningkatkan daya pemikirannya sehingga menjadi generasi yang bisa di andalkan oleh bangsa dan Negara. Dan bisa bersaing di kanca internasional seperti halnya olimpiade sains.
Sangatlah jelas profesionalisme guru merupakan penentu meningkatnya mutu pendidikan, karena guru yang berkualitas merupakan penentu utama pendidikan dan menjadi tembok keberhasilan pendidikan itu, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono. 2002. Menebus Pendidikan yang Tergadai. Yogyakarta: Kanisus

Musaheri. 2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press

Muyasa. 2006. Managemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryasubroto. 1997. Proses Belajat Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

PERSIAPAN JADI GURU PROFESIONAL DI LPTK


Profesi guru adalah jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian ( skill ) untuk mendaptkan imbalan yang layak untuk kepentingan hidup dalam mendidik peserta didik. Artinya pekerjaan seornag guru tidak bias dilakukan semua orang, akan tetapi hanya bias dilakukan oleh orang-orang yang memilki kemampuan dan terlatuh secara khusus. Keahlian ersebut diperoleh dari aoa yang disebut profesionelisasi yang yang dilakukan seorang guru menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani profesinya sebagai seorang guru(in serfis training). Profesionel seorang guru merupakan orang yang menyandang suatu profesi dan penampilan seorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme menunjuk pada komitmen para anggota PGRI untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dengan terus menerus mengembangkan strategi yang dilakukan dalam memlakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi seorang guru. Dilain pihak profesionalitas mengacu pada sikap para guru khususnya anggota PGRI terhadap profesi serta derajad pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dalam rangka melakukan profesinya atau pekerjaannya. Sedang profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan para guru khususnya anggota PGRI dal;am mencapai kreteria yang standart dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi(pekarjaan). Dengan kata lain profesionaliasasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan professional (profesionel development) baik dilakukan melalui pendidikan atau latihan pra jabatan atau dalam jabatan sehingga profesionalisasi bersifat life long dan never ending secepat seorang telah menyatakan dirinya sebagai earga guru suatu profesi.
Menjadi guru yang berkopetensi dan professional seperti halnya yang dijelaskan diata, calon guru atau guru harus mempunyai persiapan-persiapan khusus agar dapat menyandang guru yang professional dan mempunyai kompetensi salah satunya melalui LPTK. Bagi LPTK kurikulum berbasis kompetensi untuk menuju kepada professional seorang guru bukanlah suatu hal yang baru. Sejak tahun 1970-an LPTK sudah menganut “pendidikan guru berbasis kompetensi (PGBK) atau kompetensi based teacer education. Pada tingkat menengah keguruan sudah resmi menggunakan CBTE yang dikembangkan oleh pengembangan pendidikan guru. Sedangkan pada tingkat IKIP/FKIP sudah diterapkan pada semua bidang studi yang melahirkan calon guru untuk SLTA, PGBK sangatlah popular sehingga struktur maupun isi kurikulum berorentasi pada kompetensi yang seyogyanya dimilki oleh seorang guru atau tenaga pendidikan yang lain.
Kompetensi-kompetensi LPTK yakni dimaksutkan meliputi kompetensi pribadi, professional serta social, pedagogic, cultural atau biasanya juga kedalam kompetensi dalam pengetahuan, nilai-nilai sesuai dengan norma atau sikap dan keterampilan dalam mendidik peserta didik. Dan di LPTK juga dituntut dari calon guru yaitu kompetansi dalam mengembangkan kepribadian seorang guru, menyusun program, mengembangkan alat dan bahan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan alat dan lingkungan dengan berinteraksi dengan siswa, masyarakat dan kalangan pendidik lainnya, dengan menerapkan metode atau tekhnik dan alat yang sesuai dengan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik, serta nilai peruses dan hasil beajar, mengidentifikasi dan membantu kesulitan belajar peserta didik, serta calon guru atau guru melaksanakan tugas-tugas administrasi dan melakukan penelitian yang sederhana untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau proses pembelajaran kepada peserta didik.
Kompetensi dasar tersebut kemudian mewarnai struktur kurikulum dan isi mata kuliah di LPTK sehingga guru atau calon guru memiliki profesionalitas atau cakap dalam menjalankan tugasnya, dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menjadi guru yang profesioanal.

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Muhyi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Prass

Gie Liang. 1999. Pendidikan Ilmu di Negara indonesia. Yogyakarta: PUBIB

Musaheri. 2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press

Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

KOMPETENSI GURU PELETAK DASAR KEMAJUAN PENDIDIKAN


Kompetensi guru merupakan kemampuan dan kesanggupan yang dimiliki oleh seorang guru, baik ilmu pengetahuan kecakapan maupun keterampilan. Sebenarnya kemajuan pendidikan bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan semua pihak seharusnya ikut berpartisipasi dalam kepentingn pendidikan bukan pemerintah atau guru, tapi tanggung jawab penuh untuk meningktkan mutu pendidiksn apalagi ditunjang dengan kompetensi-kopetensi dasar yang dimiliki oleh setiap guru, seperti :
1.    Kompetensi pedagogik adalah kemamapuan dalam memahami keberadaan peserta didik, merancang pembelajaran, melaksakan pembelajaran, mengevauluaidsi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik.
2.    Kompetensi ke[ribadian adalah kemampuan dan kecakapan guru dalam ucapan perbuatan dan perbuatan dan tindakan berwibawa dan dapat diteladani
3.    Kompetensi sosial adalah kemampuan dan kemahiran dalam perinteraksi dengan sesama guru dan tata usaha, dengan kepala sekolah, pengurus komite sekolah serta dengan pemerintah dan lain-lain.
4.    Kompetensi profesional adalah kemampuan dan kecakapan guru yang didasari oleh keahlian wawasan yang luas memiliki keluasan dan kedalaman ilmu sesuai dengan ilmu yang ditekuni.
Dengan empat kompetensi inilah bukan tidak mungkin seorang seorang guru bisa melanjutkan dunia pendidikan, karena ke empat kompetensi dasar itu dapat memperoleh seorang guru untuk mendidik peserta didiknya mengetahui pengetahuan yang lebih tinggi atau untuk mencapai pengetahuan yang dini lainnya.
Disamping itu seorang guru juga harus bisa melihat atau membaca sam pai sejauh mana kepekaan peserta didik dalfm menagkap pelajaran yang diterima, karena kalau tidak dilakukan dengan cara yang seperti itu akan sia-sia dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengajar peserta didiknya, dan juga bisa ditakan guru gagal dalam mengajari peserta didiknya.
Guru bisa ditakan berhasil dalm mengajarkan peserta didiknya, kalau guru tersebut bisa menerapkan metode pembelejaran yang akan diajarkan kepada peserta didiknya dengan baik dan mampu memberikan penjelasan pelajaran yang bisa membuat peserta didik menjadi mengerti dengan pelajaran yang diberikan oleh seorang guru karena dengan cara seperti itu bisa memajukan pendidikan.
Dengan adanya buku ke-PGRI-an seorang guru atau calon guru bisa mempunyai gambaran tersendiri, kalo seoarng guru tugasnya tidak hanya memberikan materi dalam kelas saja, tetapi seorang guru atau calon guru juga harus bisa mendidik peserta didiknya dengan baik dan bisa mengganalisis hasil dari materi yang diberikan untuk menentukan ketuntasan belajar, menganalisis hasil penilayan belajar menginterpretasikan hasil analisis, dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk menentukan belajarnya. Menggunakan informasi ketentukan belajar untuk merancang program remidi atau pengayaan (enrichment), karena dengan adanya program remidi, peserta didik masih ada kesempatan untuk memperbaiki nilai-nilai yang di bawa ketuntasan belajar minimal dan program remidi itu bisa menambah peserta didik yang sebelumnya mendapat nilai yang jelek akan mendapatkan nilai yang lebih baik.
Dengan demikian jalan utama mensukseskan pendidikan adalah meningkatkan kualitas profesionalisme sebagai tenaga profesi dalm bidang pendidikan yang dapat menjalankan tugasnya untuk membangun mutu pendidikan yang profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Bafal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Musaheri. 2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press

Slameto. 1987. Teori-Teori Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tilaar. 2001. Managemen Pendidikan NasionalL Bandung: PT Remaja Rosdakarya

PGRI BERSAMA MASYARAKAT DUNIA MEMAJUKAN DUNIA PENDIDIKAN


Masih belum ada jawaban yang pasti sampai hari ini terhadap persoalan terpuruknya pendidikan kita. Pendidikan yang dipahami sebagai modal utama dalam proses memajukan sebuah bangsa berada pada kondisi yang memprihatinkan. Kualitas yang masih jauh dari standart pendidikan internasional menjadi bukti konkrit bahwa pendidikan kita tidak maju. Out put pendidikan yang tidak kreatif, tidak bisa berbuat apa-apa ketika kembali pada masyarakat menjadi wujud nyata bahwa pendidikan kita mimang harus dilakukan perubahan.
Kegelisahan banyak kalangan terhadap kondisi pendidikan yang memprihatinkan juga tidak menjadikan pendidikan kita lebih baik. Disukusi para pakar pendidikan dalam rangka mencari solusi bagi masalah pendidikan juga tidak kunjung menemukan jalan keluar. Kebijakan pemerintah mulai dari perubahan kurikulum, sampai pada kebijakan Ujian Nasional juga tidak mampu menjadi jawaban bagi masalah yang melilit dunia pendidikan.
Kebijakan sertifikasi guru yang diyakini juga bisa memperbaiki keadaan guru hanya melahirkan masalah baru dalam dunia pendidikan. Guru dengan proses sertifikasi daharapkan lebih profesional, malah tidak berpengaruh apa-apa bagi perbaikan guru. Itu disebabkan apresisasi guru terhadap sertifikasi bukan untuk memperbaiki kualitasnya. Hanya saja dengan lulus sertifikasi yang diharapkan para guru hanya tunjangan yang berlipat ganda. Sehingga itu tidak berpengaruh terhadap kualitasnya. Yang ada dalam pikiran guru kebanyakan dengan sertifikasi gajinya makin banyak bukan kualitas pendidikan labih baik.
Dengan fenomena yang demikian maka kita harus mengrutkan dahi lagi untuk berpikir bagaimana pendidikan bisa lebih baik. Semua jurus sudah dikeluarkan, namun penjahat dunia yang berupa kebodohan belum juga terbunuh secara tuntas.
Sebenarnya memperbaiki pendidikan dengan memperbaiki kulitas guru merupakan jalan yang tepat. Sebab guru menjadi penentu dalam proses pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Ketika dalam proses pembelajaran tidak efektif dan tidak berjalan dengan baik maka pendidikan kita tidak bisa diharapkan bisa berubah kearah yang lebih baik.
Makanya, memperbaiaki keadaan guru menjadi jalan utama dalam mencari kebuntuhan problem pendidikan. Hanya saja upaya untuk kesitu tidak bisa dibiarkan secara alamiah. Pada prosesnya harus dilakukan pengawalan sebagai wujud keseriusan untuk melakukan perbaikan pendidikan.
Memperbaiki mutu guru melalui sertifikasi juga merupakan jalan yang tepat. Namun pada prosesnya juga tetap harus ada pengawalan dan tepat. Sebab jika tidak, maka jelas juga akan ada penyimpangan. Sehingga pada akhirnya sertifikasi tidak lagi menjadi upaya memperbaiki guru, namun hanya sebagai upaya untuk memperbaiki kesejahteraan guru yang seringkali banyak tidak berpengaruh terhadap profesionalisme seorang guru.
Selain itu, yang terpenting juga kometmen seorang guru untuk betul-betul ingin melakukan perbaikan pada pendidikan. Artinya para guru harus menghilangkan paradigma menjadi guru hanya semata-mata ingin mencari kerja.Sebab itu seringkali itu akan mengahambat dan akan menghilankan profesiobalisme ketika menjadi guru. Orentasi kerja dalam menjadi akan sangat menghambat kemajuan pendidikan.
Selain itu seorang guru harus senantiasa melakukan upaya perbaikan diinternal dirinya. Artinya upaya untuk menambah wawasan keilmuannya sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni harus dilakukan.Yang terpenting juga seorang guru harus kaya akan metode pembelajaran sehingga mudah dalam melakukan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2007. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Musaheri. 2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004, Pertsanyaan dan Jawaban. Jakarta: Orasindo

Sid, Indra. 2002. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina

PROGRAM PGRI UNTUK MENINGKATKAN PEMERATAAN PENDIDIKAN


Evaluasi yang dilakukan dalam menyusun progaram kerja suatu hal yang lazim dalam sebuah organisasi begitu juga PGRI sebagai organisasi yang eksis dibidang pendidikan. Dal ini dilakukan untuk bagaimana roda organisasi diarahkan. Sehingga dari hasil evaluasi tersebut nantinya dapat melahirkan program kerja efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka menjawab problema yang muncul pada saat ini dan masa yang akan datang.
Problem besar bangsa kita hari ini masih pada persoalan rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan yang diakui menjadi modal paling penting dalam membangun sebuah bangsa masih tidak bisa diandalkan. Samapai hari ini yang namanya mutu pendidikan kita masih jauh dari harapan. Belum lagi masih banyaknya angka putus sekolah dan banyaknya masyarakat yang mimang tidak pernah mengenyam pendidikan.
Pemerataan pendidikan sampai pelosok desa juga bisa berjalan dengan maksimal. Pemerintah dengan program Wajar Dikdas juga belum bisa terealisasi dengan sebagaimana mestinya. Ini masih bisa dilihat dari masih banyaknya angka putus sekolah, masih menumpuknya masyarakat yang belum mengenyam pendidikan. Dan kebanyakan dari mereka problemnya sama, yakni persoalan biaya pendidikan yang masih sulit untuk bisa dijangkau. Meski sekarang ada dana BOS tapi masih ada saja biaya-biaya lain yang sering dipungut pihak sekolah, sehingga masyarakat miskin tetap tidak bisa mengeyam pendidikan yang menjadi haknya.
Inilah yang menjadi problem bersama ditingkatan masyarkat miskin dalam persoalan pendidikan. Yakni tidak terjangkaunya biaya pendidikan. Belum lagi keluaran dari lembaga pendidikan yang juga masih banyak tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa menjadi pelengkap penderita dalam masyarakat. Sehingga masyarakat juga tambah apatis untuk menyekolahkan anaknya pada lemabaga pendidikan formal. Makanya sampai hari ini yang namanya pemerataan pendidikan hanya tinggal namanya. Namun masyarakat tetap banyak yang belum kesampaian hal tersebut.
Melihat persoalan tersebut yang sebenarnya itu merupakan tanggungjawab pemerintah yang paling besar untuk mangatasinya. Namun ketika meluhat pemerintah yang sekarang juga masih belum serius, maka sebenarya ini harus ada kepedulian dari semua elemen. Sebab mimang harus disadarai secara hakikat persoalan pendidikan juga menjadi persoalan semua masyarakat Indonesia.
Dalam konteks PGRI, juga sudah banyak hal yang dilakukan dalam upaya pemerataan pendidikan. PRGI dengan semua lembaga pendidikan yang dinaunginya itu juga merupakan satu bukti konkrit peran sertanya dalam pemerataan pendidikan. Telah diketahui bersama ditiap daerah di Indonesia sudah banyak lembaga-lembaga pendidikan milik PGRI berdiri, mulai dari Pendidikan Dasar, menengah, bahkan juga pendidikan tinggi. Ini menunjukkan bahwa PGRI juga membantu dalam pemerataan pendidikan.
Selain lembaga pendidikan yang ada, PGRI juga berperan dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat. Sebab persoalan pemerataan bukan semata-mata pada persoalan tersedianya lembaga pendidikan. Namun ada masalah lain selain hal tersebut. Yakni persoalan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.
Sekarang masih banyak masyarakat yang berasumsi bahwa pendidikan bukan hal yang penting bagi kehidupan. Asumsi ini lahir dikarenakan banyak orang yang berpendidikan masih menganggur. Artinya alumni lembaga pendidikan masih belum bisa berbuat apa-apa ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk melakukan perubahan pada kehidupan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bafal, Ibrahim. 2003. Peningkat Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Batubara, Muhyi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press

Musaheri. 2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press

Sid, Indra. 2002. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina